Salah Satu Pondok Pesantren Tertua Di Indonesia, Berikut Profil Nurul Kholil Poncogati Bondowoso

Ilustrasi santri jaman dulu di Pondok Pesantren

Bacadoloe.com - Pondok Pesantren adalah suatu wadah pendidikan untuk mengasah keilmuan seseorang. Pengembangan keilmuan yang didapatkan di sebuah pesantren cukup beragam. Dari ilmu pendidikan keagamaan secara mendalam, pendidikan karakter, akhlakul karimah dan serta pendidikan ubudiyah yang menjadikan seseorang disiplin dalam menjalankan ibadah kepada tuhannya. 

Berbagai kegiatan majelis ta'lim atau pengajian di Pondok Pesantren menjadikan seorang santri mempunyai wawasan yang tinggi. Kualitas keilmuan seorang santri diasah dengan metode-metode dari kiyai, gus dan ustadz yang mengajarkan. 

Sejarah dari munculnya Pondok Pesantren ditengarai ada semenjak sebelum penjajahan. Tepatnya saat para ulama' dari timur tengah yang diutus ke india, lalu meneruskan penjelajahannya ke belahan nusantara. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peninggalan dari Walisongo yang merupakan Sayyid-sayyid asal timur Tengah.

Jejak peninggalan dari para wali allah tersebut dibuktikan dengan berdirinya secara kokoh Pondok Pesantren. Bahkan beberapa diantaranya terdapat Pondok Pesantren tertua yang sudah kuno di berbagai penjuru nusantara. 

Dari berbagai Pondok Pesantren tertua dan kuno yang ada di Indonesia, salah satunya terletak di Kabupaten Bondowoso Provinsi Jawa Timur. Pesantren tersebut adalah Nurul Kholil Poncogati, atau dikenal oleh masyarakat sekitar dengan sebutan Pondok Pesantren Jhegeteh. 

Pondok Pesantren Nurul Kholil Poncogati diperkirakan didirikan pada abad ke-17. Pondok yang terletak di Kecamatan Curahdami, Desa Poncogati. Atau lebih tepatnya sekitar 5 Km dari Kota Bondowoso. 

Pondok Pesantren Jhegeteh disebut-sebut sebagai pesantren tertua di kawasan Tapal Kuda. Pendirinya adalah KH Hasbullah, seorang ulama asal Pamekasan. Beliau diperkirakan mendirikan Ponpes Nurul Kholil pada tahun 1190 Hijriah atau 1769 Masehi. 

Hal tersebut bahkan dibenarkan langsung oleh salah satu pengasuh Pondok Pesantren Nurul Kholil Poncogati, Mohammad Hizbullah Nur Kholil. Beliau juga mengakui  bahwa dirinya juga merupakan keturunan ke-7 dari pendiri Ponpes Jhegeteh. 

"Saya saja ini sudah merupakan keturunan ke-7 dari pendiri pesantren almarhum Mbah Kiai Hasbullah," Tutur Kiai yang dipanggil mas Bulla tersebut, Selasa (17/05/2022). 

Pondok Pesantren Jhegeteh  disebutkan berdiri 3 yayasan diatas lahan seluas 10 hektar. Disebutkan oleh Mas Bulla bahwa lembaga pesantren atau yayasan yang mengelola pendidikan keagamaan, diantaranya pondok pesantren Nurul Islam, Nurul Kholil dan Nurul Ibrohim yang diasuh oleh keturunan Kiai Hasbullah. 

Lebih jauh lagi, asrama Pondok Pesantren Jhegeteh sama persis ada tiga juga seperti halnya Lembaga atau Yayasannya. Hal ini biasa disebut oleh masyarakat sekitar dengan dalem timur karena pengelola Pondok ada di bagian timur, lalu selain itu ada dalem barat dan dalem tengah. 

"Sistem pendidikan salafiyah di pondok pesantren ini tetap kami pertahankan, sejak baru berdiri, dan berlangsung secara turun-temurun hingga sekarang," Jelas kiyai Hizbullah yang merupakan salah satu cicit KH Hasbullah. 

Menurut Kiyai Hizbullah, sistem dan metode pengajaran yang ada di Pondok Pesantren Jhegeteh masih tetap menggunakan sistem dan metode salafiyah. Metode ini adalah warisan para ulama jaman dahulu yang tetap dipertahankan sampai saat ini. 

Begitupun dengan sistem pendidikannya yang tetap menjaga sistem pendidikan salaf. Beliau mengatakan bahwa hal tersebut merupakan turun-temurun yang dipertahankan dari setiap generasi. 

Bahkan, di Pondok Pesantren Jhegeteh ini terdapat pula peninggalan zaman kuno. Sebuah beduk kuno yang digunakan ketika hendak mau melakukan panggilan sholat atau adzan, diakui bahwa beduk tersebut merupakan benda yang di gunakan sejak adzan pertama di Pondok Pesantren ini. Meski telah berganti kulit beberapa kali, namun bahan kayu beduk tersebut masih utuh dan terjaga dengan baik. 

"Ada beberapa peninggalan salah satunya beduk tua ini," Tutup Kiyai Hizbullah. 


Pewarta : Khoirus

Editor : Nys

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama